Jumat, 17 Februari 2012

Dolok Tinggi Raja, 'Salju Panas' yang memukau


Dolok Tinggi Raja terletak di Desa Dolok Merawan Kecamatan Tapian Dolok Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara. Kawasan ini telah dilindungi sejak tahun 1924 melalui keputusan bersama raja-raja Simalungun. Luas keseluruhan CA ini adalah 167 Hektar.
Untuk mencapai lokasi kawasan konservasi ini, ada dua alternatif perjalanan darat yang bisa ditempuh, yaitu :
– Medan – Lubuk Pakam – Tebing Tinggi – Dolok Tinggi Raja, dengan jarak 110 km atau waktu tempuh 3 jam perjalanan.
– Medan – Lubuk Pakam – Galang – Dolok Masihul – Dolok Tinggi Raja, dengan jarak 97 km atau waktu tempuh yang hampir sama dengan alternatif di atas.
Kawasan ini merupakan hutan hujan tropis dataran rendah yang subur dan hijau dengan komposisi tegakan pohon yang beraneka ragam. Potensi flora yang tumbuh di kawasan ini didominasi oleh Meranti Bunga (Shorea parfivolia), Kenari (Cannarium sp.), Malu Tua (Tristia sp.) untuk jenis pohon dan jenis perdu terdiri dari Rotan (Calamus sp.), Anggrek (Bulbophylum sp.), Kantung Semar (Nephentes sp.), serta Pandan (Pandanus, sp.).
Potensi faunanya berdasarkan penelitian terakhir tahun 1999 tercatat lebih dari 45 jenis satwa liar, diantaranya sudah dilindungi, yaitu Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), Babi hutan, Kancil, Kijang, Rusa, Kambing Hutan, Siamang, bermacam jenis monyet dan reptil, dan juga Beruang Madu. Namun jenis fauna yang paling sering dan paling mudah dijumpai adalah Burung Rangkong.
Keunikan yang khas dari kawasan ini adalah potensi sumber air panas yang berasal dari endapan-endapan kapur yang terbentuk dari proses panas bumi yang mengandung belerang sehingga membentuk teras-teras tanah kapur berbukti, dengan luas mencapai 35 hektar. Aliran air panas yang menyatu dengan air sungai sering dimanfaatkan untuk mandi-mandi karena airnya terasa hangat-hangat kuku.
Fenomena alam yang cukup unik akibat adanya panas bumi yang aktif ini, dapat berpindah-pindah tempat. Bukit-bukit hasil endapan kapur yang terlihat sudah tidak aktif lagi, sewaktu-waktu dapat kembali aktif. Hal ini menunjukkan kondisi panas bumi dan bukit-bukti kapur tersebut tidak stabil. Ketidakstabilan inilah yang menjadikan perlindungan kawasan menjadi sangat penting untuk tetap dijaga kelestariannya, demi kestabilan ekosistem hutan dan kawasan sekitarnya.
Namun dibalik semua keunikan dan keindahan itu, berdasarkan berbagai sumber Aset pariwisata ini seolah terabaikan. Kurang nya perhatian pemerintah setempat mengakibatkan Tempat wisata ini tidak terpromosikan dan terkelola dengan baik. Fasilitas yang seharusnya di dibenahi tidak sedikit pun mendapatkan perhatian oleh pihak pihak terkait.
 seperti yang dikutip dari  “http://siloukahean.blogspot.com”

” tapi semua itu indah harus ditempuh dengan jalan yang rusak …..dimana hati pemerintah ??
berbalik 180 derajat antara wisata yang ada disini denga jalan menuju lokasi….”
Demikian juga informasi pada sebuah group jejaring sosial
“http://www.facebook.com/group.php?gid=121482657867974″
Bagaimana kondisi sekarang? Saat ini kondisi objek wisata pemandian air panas Tinggi Raja memprihatinkan. Selain jalan menuju ke lokasi rusak parah, kondisi jalan setapak menuju pemandian juga kurang terawat. Berbicara soal atensi wisatawan mengunjungi daerah tersebut, praktis minim. Paling banter datang ke tempat tersebut hanya penduduk lokal.
Kita berharap agar Aset Pariwisata ini segera mendapat perhatian dari pihak pihak yang terkait. Tidak menutup kemungkinan kepada kita semua untuk ikut mempromosikan dan mendukung pembenahan Tempat Wisata ini.

Tidak ada komentar: